Yang kuat ya Kak, jadilah musim sebenarnya
Itulah perkataan yang saya sampaikan kepada anak perempuan saya setelah pulang sekolah dan menangis karena habis diomongin tentang masalah jilbab sama teman-teman sebayanya.
Bagi saya dia adalah seorang gadis cantik yang baru akan menginjak usia 12 tahun di 2022 ini, seorang gadis cantik yang ketika jam 05.00 sudah bangun dengan sendirinya, sholat shubuh, menggoreng telor ceplok untuk keperluan sarapannya sendiri, dan tentu saja merebus air panas untuk mandi pagi. Percayalah saya pribadi tidak mampu melakukan hal serupa di usia yang sama atau bahkan saya masih melihat pemuda umur 30 tahunan yang bahkan tidak tahu menahu cara memasak maupun memberi nafkah kepada orang tuanya.
Saya adalah seorang ayah, suami, dan wedding photographer yang memiliki jaringan hospitality skala kecil di kota Jogja, singkat cerita saya mau bilang bahwa saya bukanlah orang kekurangan dalam hal pembiayaan sekolah, tapi keputusan saya dan istri untuk memasukkan anak di sekolah negeri adalah untuk bisa berbaur dengan semua kalangan orang baik dari yang orang tuanya PNS, pegawai swasta, hingga buruh pasar….at least saya pengen anak-anak bisa sekolah gratis karena sudah tiap bulan perusahaan saya bayar pajak ke pemerintah, ini namanya menikmati fasilitas negara.
Yang Kaya dan Punya Uang Itu Papam dan Mamam ya Kak, Bukan Kamu atau Adik-Adikmu, Karena Itu Kalo Mau Beli HP Second ya Jangan Asal Minta, Sana Nabung Dulu Separo, Nanti Papam Tambahin Separonya!
Itu adalah statement saya kepada putri saya ketika dia pengen banget punya smartphone seperti teman-teman sekelasnya dan saya bisa bilang bahwa dia adalah termasuk 10 orang terakhir di kelas yang belum punya HP.
Dia sekolah di SD Negeri tidak jauh dari rumah saya tinggal dimana saya biasa mengantar sekolah dengan jalan kaki untuk berangkat sekolah alih-alih menggunakan BMW seri 5 saya untuk mengantar dan menjemput anak-anak saya. Kelas 1 sampai kelas 4 putri saya memilih berjilbab setiap hari hingga masa covid ini datang selama 2 tahun lalu mulai muncul rasa males sekolah dan berujung ketika masuk sekolah si putri kecil ini mulai malas menggunakan jilbab dengan alasan “Pam….panas banget nih, kakak pengen ga’ pake jilbab dulu ya, Kalo Bisa Pake Baju Bebas Aja Kakak Malah Seneng”
Hari demi hari berjalan hingga mulai terdengar sebuah cerita sepulang sekolah bahwa “Pam….kaka dibilangin bukan orang Islam sama teman-teman gara-gara ga’ pake jilbab” dan dengan santai saya menjawab “Udah biarin aja, yang suka bilangin begituan belum tentu hidupnya bahagia dan belum tentu juga pas denger suara adzan terus langsung sholat kaya kita di rumah Kak”.
Time goes by hingga akhirnya di bilang “Pam….Kakak mau pake jilbab lagi, rada risih nih dikatain bukan orang Islam” dan sayapun menjawab “Ya udah sana pake jilbab lagi tapi yang penting happy lho ya!
Time goes by again, hingga seperti yang saya katakan di awal ketika putri saya mulai menangis sepulang sekolah karena dibilangin jilbab-nya kepanjangan. Di situ saya baru mulai mikir sebenarnya ada apa dengan pola pemahaman keagaamaan yang ada saat ini. Dulu ga pake jilbab disuruh pake jilbab biar kaya orang Islam, begitu pake jilbab masih dikomentari lagi kalau jilbabnya kepanjangan…seems to be weird guys!
Saya percaya anda yang membaca tulisan ini dan mengenakan jilbab pasti sudah bertingkah laku baik seperti seorang muslim sesungguhnya dan siapapun anda yang membaca tulisan ini pasti punya pemahaman masing-masing tentang menjalankan perintah agama begitu juga saya dan keluarga. Bagi saya pribadi, memegang Islam sampai mati adalah MUTLAK dan saya akan mengajarkan serta membawa istri dan anak-anak saya untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang saya lakukan karena menjadi muslim yang baik itu se-sederhana melakukan hal-hal seperti,
“Kalo makan dihabiskan sampai butir nasi terakhir, kalo ada orang mau nyeberang jalan ya dikasih jalan, dan kalau berkumandang adzan ya semua pekerjaan ditinggal terus ambil air wudhu dan sholat”
30 tahun lalu salah seorang Ustadz yang baru saja menghadiahkan Al-Quran dengan terjemahan (ini barang mewah di tahun 1995) paska saya juara Qiroah di TPA berpesan kepada saya,
Bim…dimanapun kamu berada, Ustadz cuma mau bilang, jangan lupa sholat ya karena kamu akan terlindungi dari semua mara bahaya dan di saat sholat itulah Allah akan sangat dekat dengan kita
Loud and clear! karena itu tulisan saya “Terima Kasih Romo, Anda Mengajarkan Saya Ber-Islam Dengan Lebih Baik” pernah saya post di blog ini paska saya habis sholat ashar di Macau
Tulisan di atas tadi adalah sebuah pesan singkat yang guru ngaji saya sampaikan ketika acara lulusan belajar qiroah di TPA dan saya ingat hal itu sampai sekarang sehingga langsung sholat berjamaah paska adzan berkumandang adalah tradisi ibadah yang saya lakukan bersama istri dan anak-anak di rumah selama lebih dari 12 tahun ini.
Siapapun anda yang sudah berkeluarga lalu melihat buat hatinya menangis karena tersakiti pastilah hati anda hancur, sayapun menangis dalam hati tapi saya mencoba kuat dan bilang ke anak saya,
Jadilah gadis yang kuat dan kamu selsaikan sendiri masalah ini, papam akan ajarkan gimana caranya ngomong biar kamu bisa bertahan menghadapi teman-temanmu, tapi kamu sendiri yang lakukan ya Kak. Papam dan Mamam tidak selamanya ada di dekat kamu tapi kamu sendiri yang harus mencoba kuat dan lebih kuat lagi. Mungkin sekarang urusannya agama tapi bisa jadi besok urusannya adalah bisnis atau menyelesaikan tanggung jawab yang lain….jadi Kak….JADILAH GADIS DAN MUSLIM YANG KUAT!
Saya menangis dalam hati mengucapkan kata-kata ini kepada gadis berumur 12 tahun yang bahkan bisa langsung mijetin kaki saya sepulang saya motret karena jujur saya ingin sekali membantu dia tapi saya tahu kalau dia bisa selsaikan “urusan receh” seperti ini maka dia akan jadi sosok wanita yang lebih kuat suatu saat nanti.
Cepat atau lambat kami sekeluarga akan pindah dari Indonesia, pergi ke suatu negara baru agar kami sekeluarga bisa mendapatkan pengalaman baru tentang cara menghargai sesama dan tentu saja memperluas wawasan saya di dunia bisnis fotografi dan hospitality. Rasisme atau urusan receh pasti ada di manampun kami berada tapi satu hal yang kami percaya bahwa, “Akan Ada Orang dan Muslim Yang Baik di Setiap Penjuru Bumi Ini”
Let’s be strong teman-teman,
big thanks buat sahabat saya Wijoseno yang sudah membuatkan saya foto portrait keluarga yang indah ini
1 Comment
Mantep mz bim,sedari dini d ajarkan mandiri,pendidikan,agama,tanggung jawab,dan bekerja..sungguh pondasi yang mumpuni untuk 5,10,15,50 thn yg akan datang,nyong dewek ra iso mbayangke dunia ank cucu q sesuk
Comments are closed.