Hari pertama di Tokyo saya lewatkan dengan sangat garing, karena bingung gimana caranya mau telpon orang tua di Indonesia, gimana caranya beli makan karena memang laper banget nih, terus gimana lagi caranya ke toilet yang katanya tradisi penggunaan toilet di Jepang sedikit berbeda dari di Indonesia, maklum sementara ini saya tidak tinggal di rumah melainkan semacam kantor cabang Pramuka di kota Tokyo. Hari dimana saya tiba di Tokyo ternyata diikuti oleh kontingen-kontingen lain seperti dari India, Mongolia, Malaysia, Korea Selatan, Filipina, dan juga Maldives, ini nih pertama kalinya saya dengar ada negara namanya Maldives yang kalo dibahasa Indonesiakan jadinya Maladewa, sebuah negara cantik yang 18 tahun sejak tahun 1998 itu akhirnya jadi negara tempat saya bolak-balik motretin couple-couple dari berbagai penjuru dunia buat pemotretan pre wedding.
Dari 10 kontingen dari berbagai negara jelas lah saya akan paling akrab dengan kontingen dari Malaysia, tidak lain dan tidak bukan yak arena kita bisa berbicara dengan bahasa melayu yang mirip-mirip sama bahasa Indonesia.
Matahari Tokyo terbenam dan mulai berganti dengan malam yang penuh bintang, malam dimana semua kontingen akan mementaskan semacam penamplan singkat dan sederhana untuk acara gala dinner. Yang ini sama sekali perlu improvisasi dan singkat cerita nyanyi deh saya lagu potong bebek angsa sambil goyang kanan dan goyang kiri. Jelek atau bagus saya ga pedulu yang penting percaya diri aja deh.
Di sini nih akhirnya saya ngerasain makanan Jepang yang ASLI se ASLI-ASLINYA, mentok-mentok saya cuma bisa makan buah dan tempura karena olah daging ikan mentah rasanya belum bisa masuk ke mulut kampung saya ini. Dalam hati saya sih janji deh bakal cicipin semua makanan yang ada karena saya mau pertukaran kebudayaan ini akan jadi lebih bermakna ketika saya bisa menyantap makanan lokal Jepang yang dikemudian hari bikin saya addict J Baru setelah 15 tahun dari kunjungan pertama kali saya ke Jepang baru saya bisa menikmati enaknya sushi dan sashimi.
[AdSense-A]