Seoul juga memiliki kawasan internasional, di mana masyarakat di tempat ini didominasi oleh turis manca negara dan para ekspatriat dari Eropa dan Amerika. Kawasan ini dipenuhi butik, restoran, kafe dan bar internasional. Itaewon sering disebut sebagai kasawan melting pot di Korea. Di kawasan ini, kita dapat menemukan keberagaman budaya yang melebur menjadi satu. Setelah perang Korea, tentara Amerika memilih untuk tinggal di kawasan Yongsan, Itaewon yang akhirnya membuat pemerintah untuk mengembangkan daerah ini. Pemerintah mulai memperkuat infrastruktur di daerah ini untuk mengembangkan potensi wisata internasional.
Itaewon memang terletak tidak jauh dari kawasan wisata tradisional Insa-dong dan Seoul Tower yang cukup terkenal. Di tempat ini kita dapat menemukan beberapa hotel kelas internasional, seperti Hyatt dan Hotel Hamilton. Sebagai cinderamata, kita dapat memilih produk-produk yang dibuat dari kulit dengan harga yang cukup miring. Begitu pula dengan oleh-oleh seperti gantungan kunci atau magnet kulkas yang harga lebih murah dibandingkan di Dongdaemun. Untuk anda yang berbadan besar, jika kesulitan berbelanja pakaian di mall, maka Itaewon lah solusinya. Mungkin karena ukuran baju yang dijual di kawasan ini adalah ukuran baju bagi ekspatriat. Itaewon juga terkenal dengan kawasan yang menarik untuk menghabiskan waktu luang di malam hari karena adanya bar-bar yang istimewa. Kehidupan malam di kawasan ini juga menarik untuk dinikmati, dengan melihat beberapa turis manca negara berkumpul dan mengobrol di kafe-kafe sepanjang jalan.
Salah satu objek wisata yang menarik untuk dikunjungi di tempat ini adalah masjid terbesar di Seoul. Di sekitar masjid ini tinggal para ekspatriat dari Timur Tengah, sehingga bahasa yang digunakan lebih banyak bahasa Arab. Kompleks masjid yang megah ini terbuka untuk umum sepanjang hari hingga lepas waktu isya. Masjid yang berlokasi di perbukitan ini memiliki pemandangan yang indah. Masjid ini dibuka untuk umum sejak tahun 1975 dan merupakan masjid pertama di Korea. Masjid ini dibuat dengan arsitektur bergaya Islami, yang saat itu masih jarang di Korea. Dinding masjid ini dihias dengan desain karakteristik budaya Islam dan memiliki desain interior yang wajib dilihat. Masjid ini dapat dijangkau dengan subway line 6 yang berhenti di Itaewon Station, setelah keluar dari pintu 3, anda cukup berjalan sekitar 300m dan akan menemukan tempat unik ini.
Salah satu kegiatan wajib dilakukan di kawasan ini adalah mencoba Beef Galbi, makanan khas Korea yang menggunakan daging dapi sebagai bahan utamanya. Beef Galbi ini mirip dengan masakan Jepang, Teriyaki, semacam daging sapi yang ditumis dengan saus tiram, kalau di Indonesia. Kami diajak pemandu untuk mencoba memasak sendiri daging yang sudah disediakan. Kami dibekali gunting untuk memotong-motong daging supaya lebih mudah dimakan. Kegiatan ini cukup mengasyikkan karena kami dapat menentukan sendiri tingkat kematangan daging. Karena cuaca di luar cukup dingin, makanan yang panas langsung dari kompor ini cukup mebuat badan hangat dan perut kenyangnya. Nasi yang biasanya bersisa kali ini bisa kami habiskan dengan cepat.