Jika setiap melancong ke luar negeri anda selalu menginap di hotel, maka tidak ada salahnya untuk mencoba tinggal di kuil atau vihara. Anda juga bisa mencoba melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh biksu, yang nantinya bisa mengubah beberapa pola pikir anda tentang hal-hal tertentu. Jika anda merasa gundah, anda juga bisa mencurahkan keluh-kesah anda dengan seorang biksu senior yang biasa membuka sesi konsultasi. Jangan bayangkan bantal dan guling yang empuk, tapi bayangkan ketenangan batin yang bisa anda dapatkan.
Di Korea sendiri, beberapa kuil membuka kesempatan bagi wisatawan untuk merasakan kehidupan seorang biksu. Program ini ditujukan untuk membuat wisatawan mengerti tentang agama Buddha yang berkembang di Korea. Kuil-kuil yang bekerja sama dalam program ini menawarkan berbagai kegiatan yang cukup menarik, seperti upacara pemujaan dewa, meditasi, upacara minum teh dan tata cara makan ala biksu. Peserta program dapat menemukan harmonisasi kehidupan fana dan ketenangan batin di tempat ini.
Upacara pemujaan dewa atau sering disebut dengan Yebul diadakan tiga kali sehari, pagi, siang dan sore hari. Kegiatan ini dapat membantu seseorang untuk membersihkan pikirannya dari nafsu duniawi. Sedangkan meditasi atau Chamseon, berusaha membuat pesertanya rileks serta menenangkan hati dan pikiran. Ada dua bentuk meditasi yang dikenal di Korea, Jwaseon (meditasi sambil duduk) dan Haengseon (meditasi sambil berjalan).
Balwoo gongyang adalah cara yang unik dan khusus makan di kuil Korea. Pada praktek makan bersama makanan yang dimakan dalam keheningan, dan bukan sebutir beras yang terbuang
Peserta program ini juga dapat merasakan bagaimana prosesi makan yang dilakukan oleh para biksu, yang disebut Balwoo gongyang. Di sesi ini, peserta harus menghabiskan seluruh makanan yang telah disajikan dalam mangkok-mangkok kecil tanpa sisa untuk menghargai berkah dari Buddha. Peserta juga harus memakannya tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Biasanya, menu makanan yang disajikan berupa aneka sayur mayur, karena seperti yang diketahui, para biksu adalah vegetarian.
Di kalagan buddhist, membuat dan menikmati teh merupakan salah satu tradisi tersendiri. Orang Korea memiliki tata cara sendiri untuk menikmati teh. Dimulai dari mendengarkan suara air mendidih dan menghirup aroma teh serta melihat perubahan warna teh dari bening ke pekat. Terakhir, kita dapat merasakan kehangatan uap teh sembari mencicipi rasa teh yang sedikit pahit tapi menyegarkan. Selain itu, kita juga bisa mengikuti aneka acara lain, seperti pembuatan lentera berbentuk teratai, menulis kaligrafi dan bernostalgia dengan memainkan permainan tradisional Korea.
Biasanya, untuk mengikuti program ini, kita harus berjumlah minimal 15 orang, tetapi ada juga beberapa kuil yang menerima reservasi peserta individu, salah satunya adalah kuil Golgusa di provinsi Andong. Jangka waktu program ini bervariasi, anda bisa menyesuaikannya dengan keinginan anda. Biasanya, program ini berjalan selama tiga hari, seminggu bahkan berbulan-bulan. Tetapi juga ada kuil yang menerima kunjungan untuk meginap hanya satu-dua malam.
Salah satu kuil yang mengadakan program ini adalah Kuil Haeinsa, di pegunungan Gaya, Daegu, Korea Selatan. Meski dibangun pada tahun 802 sebelum masehi, keadaan kuil ini masih cukup baik. Menyusuri kuil ini seperti berjalan mundur menggunakan mesin waktu, kita dapat membayangkan keadaan di mana agama Buddha mulai masuk ke Korea setelah dibawa dari China. Perlu menjadi catatan, selama perang Korea, kuil ininyaris tidak dirusak dan diserang karena semua tentara memahami bahwa kuil adalah tempat yang sakral.
Salah satu program yang cukup dinikmati wisatawan di kuil ini adalah program untuk menginap selama dua malam yang disebut Like Like the Wind and Water, Leave Your Body! Dari program ini, anda bisa mencoba mengikuti ritual keagamaan dan tata cara menyantap makanan para biarawan. Anda akan memiliki pengalaman tak terlupakan ketika mendengar suara permainan drum, menghirup udara pegunungan yang segar, dan berjalan-jalan di area pengunungan serta bertemu dengan para biarawan-biarawan yang cukup ramah. Untuk mengikuti program ini, anda dikenai biaya sebesar 30.000 KRW. Ada beberapa syarat, anda harus datang ke kuil sebelum jam lima sore. Kemudian, anda akan diberi kesempatan untuk mengikuti ritual doa di pagi dan sore hari serta ikut dalam kegiatan makan bersama yang hanya dilakukan dua kali sehari. Selain itu, anda dapat secara bebas mengelilingi kawasan kuil ini.