Tteokbokki atau yang lebih dikenal topokki adalah snack popular di Korea yang biasa ditemukan di warung pinggir jalan. Topokki terbuat dari campuran daging, telur, dan tepung beras yang diberi bumbu, lalu dipotong kecil-kecil berbentuk silinder. Topokki lebih sering ditumis menggunakan sambal pedas yang biasa disebut Gochujang yang berwarna merah pekat.
Topokki di restoran biasanya disajikan bersama tumisan sayur. Berbeda dengan topokki yang sering ditemukan di warung tenda pinggir jalan. Topokki yang dijual di warung tenda kadang menjadi pelengkap untuk memakan Oden, makanan yang terbuat dari berbagai rebusan fish-cake yang tusuk menggunakan kayu seperti sate. Oden dan topokki merupakan jajanan pinggir jalan yang diperjualkan di dalam tenda berupa gerobak dan orang akan menikmatinya sambil berdiri. Topokki di warung ini direbus dengan kuah Gochujang yang cukup kental dan disajikan tanpa tambahan apa pun. Karena terbuat dari tepung beras, topokki sering dijadikan sebagai pengganti nasi.
Oden dan topokki banyak dicari ketika musim dingin tiba. Cuaca yang dingin akan mendorong seseorang untuk mencari makanan panas untuk menghangatkan tubuhnya. Oden biasanya terdiri dari rebusan fish-cake yang biasanya juga dilengkapi dengan sosis yang terbuat dari daging babi. Oden juga dilengkapi dengan sayur goreng krispi yang menyerupai tenpura.
Tenda-tenda yang menjual oden dan topokki biasanya berwarna merah dan dijaga oleh Ajussi (kakek) yang cekatan menyajikannya di piring yang telah dibungkus plastik dan disodorkan kepada pembeli. Mungkin, ini adalah salah satu trik dari penjual untuk mengurangi pekerjaan mencuci piring mereka, atau memudahkan pembeli jika makanan yang ia pesan tidak habis dan ingin membungkusnya untuk dibawa pulang. Biasanya satu porsi campuran oden dan sosis dijual 3.000 KRW. Sedangkan topokki dijual seharga 2.500 KRW per porsi.
Berdasarkan pengalaman, tidak banyak warung tenda yang menyediakan daging ayam atau sapi. Biasanya mereka menjual daging dan ‘jerohan’ babi. Saya dan seorang teman pernah mencoba membeli topokki karena penasaran. Di warung itu, penjualnya tidak dapat berbahasa Inggris, sehingga kami memilih untuk menggunakan bahasa tarzan untuk menunjuk apa yang kami inginkan. Setelah menunjuk mangkuk topokki, kami mengamati pembeli lain yang sedang menikmati pesenannya.
Salah seorang pembeli terlihat menikmati daging yang ia pesan. Karena penasaran, saya mencoba bertanya, apakah yang ia makan adalah bagian dari tubuh babi atau sapi? Secara mengejutkan, ia yang terlihat seperti turis dari Jepang mengatakan bahwa ia tidak tahu daging yang ia makan. “Saya tidak tahu ini terbuat dari daging apa, tapi ini enak”, ujarnya. Saya ingin mencoba, tapi melihat adanya kemungkinan bahwa itu adalah daging babi, saya mengurungkan niat dan hanya menonton pria itu memakan pesanannya dengan lahap
Topokki yang kami pesan cukup pedas, sehingga kami berinisiatif untuk memesan minuman, itu juga karena kami melihat adanya tumpukan gelas plastik di salah satu sudut gerobak. Tapi, tidak ada dispenser air minum di sekitar itu. Karena sudah kehausan, kami meminta si kakek untuk memberikan kami segelas air. Ternyata, jika anda memesan minuman di warung oden, anda tidak akan diberi air putih, tetapi air dari rebusan oden. Sedikit bingung, tapi akhirnya kami meminumnya, tentu rasanya sedikit asin dan aneh, tapi cukup enak seperti kuah bakso. Meski sedikit takut apakah air rebusan itu mengandung babi, tapi kami tetap menghabiskannya dan berdoa agar air rebusan itu terhitung halal.
Jadi, jika anda seorang muslim dan berminat untuk mencoba oden atau topokki di warung tenda pinggir jalan, pastikan bahwa anda telah bertanya pada penjualnya apakah makanan tersebut mengandung babi atau tidak.
Nahh..manteb kan, biar ga pusing mikir dimana ya makanan yang halal di Korea yuk baca ebook panduan ke Korea berikut ini, asiklah…buat memandu perjalanan teman – teman nanti di sana, lihat infonya di bawah ini ya…