[AdSense-A]
Wueezzzzz…..speedboat melajut dengan kencang dan kita sampai di Male City dalam waktu sekitar 30 menit, seru banget ini pertama kalinya saya melihat lautan yang warna hijau, pemerintah di sini memang serius buat jaga ekosistem perairan, maklum ini sumber uang negara mereka jadi kalau ga dijaga, bangkrutlah satu negara. Lucky Hiya berjarak kurang lebih 1 km dari pelabuhan speedboat dan karena ini pertama kalinya saya sama Nina ke Maldives kita memutuskan jalan kaki sambil bawa koper segede gajah, but trust me this is the best part of traveling. Kita jadi tahu jalan-jalan di Male City, dimana tempat makan-nya, dimana cafe dan bar-nya dan semuanya tapi sekiranya teman-teman besok mau naik taksi maka tarifnya kisaran 40 Rufiya dan kalau bawa bagasi nambah 20 Rufiya lagi, ya emang gitu peraturan di negara ini…ikutin aja!!
Setelah check in, kita istirahat sebentar, sholat, dan langsung cari makan…apa lagi coba kalo bukan makanan model-model india begitu…lengkap dengan kuah kari, roti prata dan sejenisnya, kita makan di warteg dan sumpah enaaaaaaakkk banget, ati-ati porsi nasinya kaya nasi buat 2 orang kalau di Indonesia.
Kota Male itu unik, lebar jalannya cuma 4-5 meter, ada sih traffic light…TAPI GA’ NYALA ha3x, semua penduduk pada naik motor dan GA’ PAKE HELM…nah lho!!! kalo pada nyeberang jalan maka cuma ada bunyi klakson Beep..Beep..Beep!!! Saya saranin teman-teman berhati-hati karena mereka hampir tidak pernah kasih jalan ke para penyeberang. Penduduk Male City itu 100% muslim jadi jangan heran kalau pas jam waktu sholat maka semua toko ditutup dan ada tullsan “Closed” biasanya cuma 15 – 30 menit jadi ditunggu aja kalau memang teman-teman mau beli barang di toko tersebut.
Hampir di setiap perempatan ada masjid, buat kalian yang muslim cobain deh sholat di situ, adeeem banget masjidnya. Mall bisa dibilang belum ada di kota ini karena mayoritas penduduknya hanya berbelanja di toko-toko kecil. Circle K, 7 Eleven juga saya belum lihat ga’ tau sih beberapa tahun dari sekarang ada atau nggak. Buat kita yang umat muslim bagusnya adalah mau makan dimana saja pasti halal dan semua makanannya bergaya-gaya India, saya sih hobi makanan India jadi begitu lihat “warteg”-nya Male saya langsung masuk dan pesan 2 mangkok kuah kari dan ayam, roti prata, 2 botol air mineral 600 ml, dan 2 piring nasi yang sumpah porsinya gede banget…buat menu seperti ini saya harus keluarkan uang sekitar 125 rufiya atau sekitar Rp. 130.000
Orang Male punya kebiasaan bahwa makan berat itu cuma ada di siang hari, mungkin karena itu porsi nasi di Male gede-gede, untuk malam hari mereka cuma makan bakso-bakso dan nugget seperti yang teman-teman lihat di atas tambah roti bakar dan segelas juice maupun softdrink.
Saya sengaja bahas Male City karena suatu saat nanti teman-teman Liburan ke Maldives pasti butuh info ini. Jika suatu saat nanti teman-teman mau berlibur ke Maldives kan pasti pesan hotel atau resort yang keren-keren, nah jika pesawat teman-teman mendarat di Bandara Ibrahim Nasir lewat dari jam 20.00 pihak hotel akan menyarankan teman-teman semua untuk menginap dulu 1 malam di Male City karena transport ke hotel biasanya berakhir jam 16.30, hal itu dikarenakan cuaca tengah laut yang tidak memungkinkan untuk penerbangan malam hari.
Setelah ini saya akan cerita tentang salah satu hotel yang lokasinya cukup strategis (1km dari pelabuhan Male City), luasan kamarnya cukup, pakai AC, dapet breakfast alias sarapan dan harganya masih terjangkau namanya Luck Hiya…yuk lihat reviw tentang hotel Lucky Hiya di sini
[AdSense-B]