Membuat video footage untuk dijual di Shutterstock dan berkecimpung di dunia ini selama lebih dari 3 tahun rasanya membuat perjalanan karir saya sebagai seorang fotografer semakin menyenangkan. Halo teman-teman semua nama saya Bima dan terima kasih sudah mampir membaca tulisan saya kali ini.
Hingga saat ini saya bisa bilang bahwa, sampai kapanpun yang namanya wedding dan portrait photography adalah core bisnis saya, tapi layaknya sebuah perusahaan, maka adanya diferensiasi produk dan layanan yang tepat dan diterima market tentunya akan membuat perusahaan tersebut makin bergairah baik dari sisi pelayanan dan tentu saja dari sisi finansial. Sejak saya berteman dengan seorang fotografer senior bernama Misbachul Munir (anda perlu kunjungi akun beliau jika ingin belajar tentang microstock), maka wawasan saya tentang dunia #jualanfotodenganshutterstock sangatlah berkembang.
Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT dan para client saya yang sudah berkenan menerbangkan saya dan istri untuk “pacaran” sambil kerja ke beberapa tempat menarik di bumi ini. Hingga satu persatu foto-foto iseng saya ketika berada di Hong Kong, Maldives, Singapura, dan juga banyak kota-kota menarik di Indonesia seperti Ambarawa dan Semarang mulai mendatangkan keuntungan secara finansial baik bagi keluarga dan perusahaan.
Perjalanan ini tentunya semakin menarik ketika pada akhirnya saya bisa bilang bahwa,
Bagi Orang Kreatif, Berburu Dollar Bisa Dimulai Dari Motret Apapun di Depan Rumah Kita Masing-Masing!
Jadi sekali lagi bagi teman-teman yang berniat mencari diferensiasi produk fotografi maka berjualan foto melalui Shutterstock sangatlah bisa dijadikan pilihan untuk masa depan. Sekalian saya beritahu bahwa di luar sana, sudah ada banyak orang dengan penghasilan antara $5,000 hingga $15,000 hanya dengan menjadi seorang kontributor Shutterstock dengan berjualan karya seni fotografi.
NOTE – Silahkan cari sendiri inspirasinya, ketemu syukur, ga’ ketemu dan menganggap apa yang saya tulis adalah hoax juga tidak apa-apa, tapi yang jelas orang-orang tersebut ADA!
Jika Jualan Foto Sudah Jalan, Coba Deh Membuat Video Footage!
Yang menjadikan menarik dari dunia microstock photography adalah baik foto dan video sama-sama bisa dijual. Bagi anda yang sudah lama menjadi seorang kontributor tentu paham bahwa beberapa bulan lalu sempat gempar karena Shutterstock menurunkan royalti minimal sebuah karya foto dari $0,25 menjadi $0,10. Setahu saya dari kejadian ini banyak sekali kontributor yang protes, sama-sama berhenti jadi kontributor, hingga ada yang menulis sebuah petisi bagi pemilik Shutterstock.
Dari awal saya itu orangnya masa bodo’ dengan hal begituan karena pikiran sederhana saya mengatakan,
Foto iseng aja laku dijual, toh dapat royaltinya juga sambil tiduran, jadi tidak ada salahnya sama sekali!
Shutterstock adalah sebuah platform raksasa bahkan masuk dalam 5 besar agensi dunia dengan begitu mereka punya kebijakan sendiri untuk mengubah-ubah otoritasnya, saya yakin bagi anda yang lama bergerak di dunia internet marketing pasti paham ketika duit ratusan hingga ribuan dollar dari Adsense tiba-tiba kena Banned.
Kembali ke judul di atas, jika pada beberapa artikel sebelumnya saya sempat membahas tentang berburu dollar dengan berjualan foto maka kali ini saya mau membagikan inspirasi tambahan tentang betapa menariknya membuat video footage untuk dijadikan digital aset di Shutterstock. Selain ini diferensiasi produk maka alasan berikutnya yaitu, harga jualnya tinggi!
Tulisan Saya Yang Sebaiknya Anda Baca:
- Cara Mendapatkan Dollar Dengan Menjual Foto Daun
- Cara Jualan Foto di Shutterstock, Tips Asik Tanpa Ribet
Membuat Video Footage Itu Bagaimana?
Pada prinsipnya membuat video footage yang diperuntukkan untuk dijual di Shutterstock adalah merekam gambar bergerak TANPA SUARA. Kenapa harus tanpa suara? karena video tersebut nantinya akan dipakai oleh perusahaan lain untuk keperluan pekerjaan mereka jadi pada prinsipnya maka hanya motion picture-nya saja yang diperlukan.
Sebagai contoh,
Video footage ulat bulu atau caterpillar di atas saya ambil di carport rumah tempat saya tinggal, memang cukup tricky tapi video di atas sudah berhasil di approve di Shutterstock sambil terus berdoa agar video ulat bulu lucu tersebut bisa segera terjual dengan harga terbaik.
Berapa Harga Video Footage Yang Saya Hasilkan Dibandingkan dengan Penjualan Foto?
Seperti saya sebutkan di atas bahwa harga paling rendah dari setiap foto yang laku terjual adalah $0,10 sekalipun tidak sedikit yang laku di atas harga tersebut, misalnya seperti beberapa foto di bawah ini.
Foto sungai di atas saya ambil ketika beberapa waktu lalu saya sengaja meng-investasikan sebagian uang saya untuk melakukan perjalanan yang dikhususkan untuk mencari stok foto ke Singapura. Berhasil atau tidak saya ga’ perduli cuma yang ada di pikiran saya waktu itu adalah,
Saya Mesti Coba!
Clink, tiba-tiba notifikasi di handphone saya berbunyi dan terlihat beberapa foto hasil saya hunting ke Singapura mulai membuahkan hasil yang salah satunya adalah foto sebuah sebuah sungai di daerah Tanjung Katong, coba deh baca ulasan saya tentang kawasan ini, mohon maaf belumada translate yang dalam Bahasa Indonesia tapi tulisan Inggris saya Insya Allah mudah dipahami kok.
Berikutnya adalah foto ini,
Foto daun kering sederhana yang saya ambil di depan rumah ini justru laku di harga $0,41 dimana secara harga justru 4x lipat lebih mahal daripada foto saya ketika di Singapura tadi. Seperti prinsip yang saya tuliskan di atas bahwa kalau tujuannya hanya sekedar dapat uang maka orang-orang kreatif seperti anda pasti mampu untuk mulai memotret stok dari kawasan di sekitar rumah anda masing-masing.
Selanjutnya coba bandingkan dengan hasil video footage yang saya buatberikut ini,
Video footage air keran yang mengucur selama 8 detik ini berhasil terjual di harga $6,66 jadi kalau dihitung dengan harga foto yang biasanya saya peroleh senilai $0,10 maka footage jelas-jelas berpotensi lebih baik daripada foto. Saya sangat yakin bahwa ini bukanlah harga terbaik yang saya bisa hasilkan sekalipun formatnya masih HD alias bukan 4K yang konon bisa mencapai hampir $200 untuk setiap downloadnya.
Beberapa waktu lalu saya sempat membaca sebuah ulasan yang akhirnya membuat saya bersikukuh untuk segera memulai membuat video footage di Shutterstock yang kurang lebih bunyinya adalah,
It’s weird when I found people who don’t try to sell footage on Shutterstock, once they know who they could earn than they gonna addicted!
Jadi intinya adalah karena potensi penjualan video footage itu sangat besar dari sisi finansial maka bagi siapapun anda yang mencoba terjun ke dunia microstock maka ada baiknya juga mempertimbangkan untuk membuat video footage agar ada improvement dari sisi penghasilan yang akan diperoleh.
Tips-nya Apa Sih Kalau Mau Terjun ke Dunia Microstock?
Sebuah pertanyaan klasik dari banyak teman yang mau “ikut mainan” #jualanfotodenganshutterstock untuk mendapatkan royalti dari karya-karya iseng maupun hunting serius. Jika pertanyaan serupa yang ada di pikiran anda maka ijinkan saya menyampaikan tips dan fakta yang bisa saya sampaikan.
1 – Ini Bukan Jalan Pintas Untuk Kaya
Jika anda terbesit untuk menjadi kontributor Shutterstock dan langsung dapat uang pasif ketika sambil tidur siang maka lupakan hal itu. “Mainan” ini hanya murni untuk orang-orang yang bertipe MARATON artinya kuat-kuatan sampai tujuan finansial-nya tercapai. Tidak lupa saya sampaikan bahwa tidak ada jalan pintas untuk kaya dalam bisnis apapun terlebih lagi bagi anda yang berprofesi sebagai fotografer nganggur karena pandemi saat ini.
2 – Mindset-nya Dibetulin Dulu
Tujuan karena uang adalah benar adanya dan itulah salah satu tujuan kita berprofesi menjadi seorang fotografer, tapi jika boleh saya kasih saran maka mindset yang tepat untuk menjadi seorang kontributor adalah untuk “Membangun Digital Aset Anda di Masa Depan”.
Inilah yang saya dan banyak kontributor lakukan ketika terjun ke dunia microstock photography dimana aset yang sedang dibangun adalah aset digital yang bisa didownload KAPANPUN, DIMANAPUN, OLEH SIAPAPUN! Dengan begini jika nanti tiba waktunya karya anda terjual maka anda bisa merasakan sensasi mendapatkan pasif income seperti yang para kontributor alami.
3 – Ga’ Usah Banyak Alasan Karena Alat, Saya Juga Cuma Pake Canon EOS M Jadul Buat Berkarya di Shutterstock
Saya menggunakan kamera full frame ketika memotret wedding tapi beda cerita ketika saya sedang berlibur bersama keluarga atau sekedar berkarya santai di rumah. Hingga saat ini saya masih jatuh cinta dengan kamera imut Canon EOS M generasi pertama yang saya belitahun 2014, selain bentuknya kecil, hasilnya juga sangat bagus.
Tidak perlu khawatir ketika anda pakai merk lain, yang mau saya sampaikan adalah pakai saya peralatan yang anda miliki bahkan semisal anda tidak punya kamera maka pakai saya smartphone karena saya juga beberapa kali memotret dengan smartphone dan fotonya laku terjual.
4 – Daftarkan Diri Anda Segera
Mendaftarkan diri anda menjadi kontributor Shutterstock se-segera mungkin adalah pilihan terbaik sekalipun setelah mendaftar maka segeralah berkarya dan kemudian diupload ke akun anda masing-masing.
5 – Penulisan Deskripsi dan Pemilihan Kata Kunci Memegang Peranan Penting
Bekerja di sebuah platform raksana dimana terdapat jutaan kontributor dari seluruh dunia artinya adalah karya anda akan langsung Head to Head dengan para pesaing anda. Inilah yang saya suka ketika bisnis di era jaman sekarang, sudah tidak ada lagi senioritas, alih-alih ngurusin hal yang ga’ penting maka di platform ini maka yang terbaik yang akan terjual.
Salah satu aspek yang perlu diketahui selain melakukan yang terbaik dari sisi pembuatan karya adalah cara menulis deskripsi informati sesuai objek yang akan dijual serta memilih kata kunci yang relevan dengan objek tersebut.
6 – Yang Sekiranya Baru Akan Upload Karya Ga’ Sampe 100 Dengan Tanpa Sales Terus Menyerah Maka Lupakan Saja Niche Ini
Hingga sampai artikel ini saya tulis saya punya 3350 stok foto dan 64 stok video footage, dan tentu saja saya masih berkarya setiap hari dengan sesekali mengambil waktu libur kalau sedang jenuh.
Jujur saya akui bahwa banyak kontributor baru yang baru upload beberapa karya tanpa adanya sales satupun langsung menyerah. Sekali lagi saya tekankan bahwa anda tidak perlu repot-repot masuk ke niche microstock photography jika memang tidak suka. Faktanya ada banyak pekerjaan menarik lain yang bisa anda pilih dan dijadikan profesi dalam mencari nafkah dan penghidupan yang layak.
7 – Baca Ebook Saya Tentang Shutterstock
Setahun yang lalu saya menulis cerita perjalanan saya memasuki dunia microstock photography hingga terbitlah sebuat ebook yang berjudul #jualanfotodenganshutterstock.
Membeli ebook ini tentu saja akan memberikan saya support luar biasa untuk bisa terus berkarya dan berbagi cerita melalui blog ini. Selain itu saya akan menuliskan cerita pengalaman lengkap bagaimana saya membuka wawasan tentang berjualan foto secara retail serta memahami hal-hal lainnya seperti:
- Mengetahui lebih dalam tentang Shutterstock
- Memahami cara mendaftarkan diri untuk jadi kontributor
- Memahami foto seperti apa saja yang laku dijual
- Hingga cara menulis deskripsi dan memilih kata kunci baik untuk foto komersial dan juga editorial
Sebagai penutup dari artikel kali ini saya akan menunjukkan video tentang bagaimana saya bekerja SECARA REAL untuk keperluan berjualan karya secara online, selamat menonton videonya dan pastikan teman-teman subscribe di channel Youtube berikut ini untuk mendapatkan update vlog terbaru dari saya. Sekali terima kasih sudah menyempatkan membaca tulisan saya dan semoga sukses!