Mendapatkan pasif income dari jualan foto online kini bukan cuma mimpi belaka, anda yang punya hobi fotografi tapi masih bingung bagaimana cara dapat uangnya maka bisa mencoba peluang usaha yang sudah saya kerjakan selama 2 tahun belakangan ini.
Halohaaa nama saya Bima dan terima kasih sudah mampir baca di blog Bomanta.com. Saya murni seorang wedding photographer dimana berkah dari usaha utama ini adalah saya diperkenankan untuk jalan-jalan dan menikmati setiap sudut tempat baru yang menawan. Tidak melulu tempat metropolitan seperti di Jakarta ataupun Singapura karena kadang saya juga harus ikut uyel-uelan bareng sama pedagang sayur dan daging yang lagi ngangkat barang dagangan di sebuah pasar tradisional yang bernama Chun Yeung Street Wet Market.
Bagi yang jatuh cinta dengan dunia fotografi maka sebuah ide untuk mendapatkan pasif income dari jualan foto online pasti menjadi daya tarik tersendiri karena hal ini berarti kita bisa mendapatkan penghasilan dari hal yang kita sukai, seperti kata Ridwan Kamil bahwa,
“Pekerjaan paling nikmat itu adalah hobi yang dibayar!”
Yang menjadikan hebat dari sebuah sistem digital ini adalah anda tidak perlu harus mutlak menjadi fotografer seperti saya, tapi APAPUN pekerjaan utama anda selama masih bisa meluangkan waktu untuk memotret maka anda bisa mendapatkan pasif income dari jualan foto online.
Apakah Pasif Income Itu Ada?
Bagi saya pribadi, sebenarnya TIDAK!
Tapi jika upaya atau pekerjaannya diminimalkan sekalipun tidak sampai nol maka mungkin saja terjadi, contohnya adalah dengan jualan foto online ini karena pada prinsipnya anda tetap harus memproduksi foto dimana hal itu anda akan terus menerus motret tanpa henti hingga punya file ratusan atau bahkan puluhan ribu foto.
Bagi saya yang hobi fotografi memang memotret tidak pernah terasa sebagai sebuah pekerjaan walaupun memang saya dibayar untuk melakukan itu khususnya di dalam industri fotografi pernikahan. Tapi sebagai contoh ketika saya memotret akuarium hiu di Sea Aquarium Singapore dan Uncle Ice Crean di salah satu sudut kota Singapura di atas.
Ketika saya memotret maka yang ada di pikiran saya hanya mengabadikan momen liburan yang ketika nanti saya sampai rumah maka bisa saya lihat-lihat lagi kenangannya.
Uang adalah bonus semata sekalipun memang bonus ini saya kejar-kejar terus khususnya melalui sebuah platform yang saya tekuni selama 2 tahun ini yang mana sudah dikenal luas dengan nama Shutterstock.
Nasi goreng seafood di atas misalnya, ini sumpah enak banget dan harganya yang berkisar S$4 masih terasa ramah di kantong saya. Sekalipun saya benar-benar sudah ngiler pada waktu pramusaji menyuguhkan pesanan saya, tapi yang saya lakukan adalah mengeluarkan kamera sebentar (3 s.d. 5 menit) untuk kemudian mengambil foto-fotonya agar sepulang di rumah nanti saya bisa edit dan upload ke Shutterstock.
Sarapan ala barat di atas juga saya ambil dengan sengaja karena memang Chef yang membuatnya menata makanan ini dengan sangat rapi ditambah lagi meja yang menjadi background foto saya kali ini sangat vintage sehingga berkesan seperti sedang sarapan di pedesaan daerah Texas dan sekitarnya.
Kenapa Foto-Foto Ini Akhirnya Bisa Menjadi Pasif Income Bagi Saya?
Bagi saya pribadi jawabannya cuma satu, “Ya karena pas uangnya masuk saya pas tidak sedang bekerja untuk foto tersebut!”
Itulah yang sering terjadi dimana foto-foto stok saya banyak didownload bahkan ketika saya sedang memotret pre wedding maupun liburan bersama anak dan istri saya ke sebuah tempat, dan ketika membuka handphone maka notifikasi demi notifikasi kembali datang hingga rasanya seperti sedang bermain game.
Foto di atas adalah daily sales yang saya peroleh dari foto-foto di dalam portfolio Shutterstock milik saya. Jumlah angka-nya memang masih sangaaaaat kecil tapi saya yakin sesuatu yang kecil maka suatu saat nanti akan jadi BESAR ketika memang saya perjuangkan dengan sepenuh hati. Yang saya rasakan adalah masa depan terkesan lebih cerah dengan adanya Shutterstock ini karena sekarang FOTO APAPUN BISA JADI DUIT!
Memang semakin ke sini ada rasa seperti ketagihan untuk terus berkarya dan berkarya hingga pada saat saya menulis artikel ini saya sudah memiliki sekitar 2400++ stok foto di dalam akun Shutterstock. Dalam seminggu saya bisa memotret hampir sekitar 100++ foto yang setiap harinya akan saya submit (diberikan deskripsi dan keywords) antara 10 s.d 15 foto, paling tidak ini adalah komitmen saya agar suatu saat nanti bisa mendulang hingga $3000++/bulan seperti para teman-teman saya yang juga bermain di Shutterstock sekalipun dalam wujud vector.
Minggu lalu saya baru saja menyelesaikan eBook terbaru saya yang berjudul “Jualan Foto Dengan Shutterstock” dimana tulisan demi tulisan memang saya susun dengan gaya bahasa santai sehingga siapapun anda yang baru ingin tahu lebih dalam tentang bagaimana cara mendapatkan pasif income dari jualan foto online bisa langsung menerapkan apa yang saya jelaskan.
Cara meng-upload foto editorial misalnya, di sini anda mutlak harus menuliskan:
- lokasi
- tanggal bulan tahun
- kegiatan apa yang sedang berlangsung
- siapa yang terlibat
- dan bagaimana situasinya berlangsung
Jujur banyak yang gagal untuk menuliskan deskripsi pada kategori editorial hingga akhirnya berujung kepada penolakan karya oleh kurator Shutterstock tapi jika berhasil maka foto-foto semacam ini banyak sekali digunakan oleh para blogger dan media online yang membutuhkan konten berupa foto dan video.
Sampai di sini dulu opini saya tentang mendapatkan pasif income dari jualan foto online khususnya melalui Shutterstock dan semoga ini bermanfaat buat anda semua. Untuk membaca semua artikel saya tentang Shutterstock maka anda bisa membuka kategori Photography in Bahasa di dalam blog ini.